Beranda | Artikel
Kisah Para Sahabat Nabi dalam Meraih Surga
Kamis, 4 Juli 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi

Kisah Para Sahabat Nabi dalam Meraih Surga merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. dalam pembahasan Kitab Ahsanul Bayan min Mawaqifi Ahlil Iman karya Syaikh Abu Islam Shalih bin Thaha Abdul Wahid Rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 25 Rajab 1440 H / 01 April 2019 M.

Download juga kajian sebelumnya: Gambaran Surga dan Semangat Masuk Surga

Kajian Tentang Kisah Para Sahabat Nabi dalam Meraih Surga – Kitab Ahsanul Bayan

Pembahasan pada halaman 392 dari kitab أحسن البيان من مواقف أهل الإيمان. Penulis Rahimahullahu Ta’ala berkata bahwa para Sahabat adalah manusia yang paling semangat untuk mengetahui tentang amal-amal kebaikan yang bisa mengantarkan mereka untuk mendapatkan ridho Allah dan surga. Ketika mereka mendengar tentang surga -apa yang mereka dengar dari Al-Qur’an dan apa yang mereka dengar dari lisan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- maka mereka bergegas kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka bertanya kepada Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang amalan yang bisa memasukkan ke surga dan bisa menyelamatkan mereka dari api neraka.

Penulis -dalam buku ini- menyebutkan dua contoh:

1. Kisah pada hadits Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘Anhu

Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘Anhu berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ! أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدْنِي مِنْ النَّارِ

“Ya Rasulallah! Kabarkan kepadaku tentang amalan yang bisa memasukkan ke surga dan menjauhkan aku dari api neraka.”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab:

لَقَدْ سَأَلْت عَنْ عَظِيمٍ، وَإِنَّهُ لَيَسِيرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ

“Sesungguhnya engkau telah bertanya tentang sesuatu yang besar, sesungguhnya itu sangat mudah bagi orang yang Allah mudahkan atasnya.”

Kemudian Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

تَعْبُدُ اللَّهَ لَا تُشْرِكْ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصُومُ رَمَضَانَ، وَتَحُجُّ الْبَيْتَ

“Engkau beribadah kepada Allah saja, tidak boleh kau berbuat syirik. Engkau menegakkan shalat, engkau menunaikan zakat dan engkau puasa Ramadhan dan engkau melakukan ibadah haji ke Baitullah.”

Ini merupakan amalan-amalan yang bisa mendatangkan keridhaan Allah dan memasukkan seseorang ke dalam surga.

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kembali:

أَلَا أَدُلُّك عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ؟

“Maukah aku tunjukkan kepada engkau tentang pintu-pintu kebaikan?”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melanjutkan:

الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ، وَصَلَاةُ الرَّجُلِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ

“Puasa adalah perisai, sedekah bisa memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seseorang di malam hari.”

Kemudian Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membacakan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ ﴿١٦﴾ فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّا أُخْفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿١٧﴾

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah[32]: 17)

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melanjutkan sabda beliau:

أَلَا أُخْبِرُك بِرَأْسِ الْأَمْرِ وَعَمُودِهِ وَذُرْوَةِ سَنَامِهِ؟

“Maukah aku kabarkan kepada engkau tentang pokok segala urusan?”

Muadz bin Jabal menjawab:

بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ.

“Iya wahai Rasulullah”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلَامُ، وَعَمُودُهُ الصَّلَاةُ، وَذُرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ

“Pokok segala urusan adalah Islam dan tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah jihad”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kembali:

أَلَا أُخْبِرُك بِمَلَاكِ ذَلِكَ كُلِّهِ؟

“Maukah aku kabarkan kepada engkau dengan sesuatu yang bisa menjaga itu semua?”

Muadz bin Jabal menjawab:

بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ.

“Iya wahai Rasulullah”

Maka Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memegang lisannya dan Rasul berkata:

كُفَّ عَلَيْك هَذَا

“Jagalah ini.”

Kemudian Muadz bin Jabal bertanya:

يَا نَبِيَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ؟

“Wahai Nabi, apakah kita akan diadzab dengan sebab pembicaraan kita?”

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ثَكِلَتْك أُمُّك وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ قَالَ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصائدُ ألسِنتهم

“Tidak ada yang bisa menelungkupkan wajah-wajah manusia diseret ke dalam api neraka melainkan karena akibat dari lisan-lisan mereka.” (HR. Tirmidzi)

Syahidnya dari hadits ini adalah bahwa Mu’adz mendatangi Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan bertanya tentang sebuah amalan yang bisa memasukkan ke surga dan menjauhkan ke dalam api neraka.

Ini menunjukkan bahwa seseorang yang beramal dan mencari surga disyariatkan. Tidak seperti sebagian orang yang mengatakan, “Apabila aku beribadah karena ingin surga, maka jangan masukkan aku ke surga. Bila aku beribadah karena takut neraka, maka masukkanlah aku ke neraka.” Ini adalah pemahaman yang menyimpang.

Kita lihat Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang didatangi oleh Mu’adz bin Jabal dan beliau bertanya tentang amalan yang bisa memasukkan ke surga. Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “engkau telah bertanya sesuatu yang besar.”

2. Kisah pada hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu

Datang seorang Arab badui kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan dia bertanya:

دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ دَخَلْتُ الْجَنَّةَ

“Tunjukkan kepadaku tentang amal yang apabila aku melakukannya aku bisa masuk surga.”

Pertanyaan ini sama seperti pertanyaan Mu’adz bin Jabal kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Kemudian Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab:

تَعْبُدُ اللَّهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ الْمَكْتُوبَةَ ، وَتُؤَدِّي الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ ، وَتَصُومُ رَمَضَانَ

“Engkau beribadah kepada Allah saja, tidak menyekutukan Allah dengan apapun, engkau tunaikan shalat yang wajib, engkau tunaikan zakat yang wajib, dan engkau puasa Ramadhan.”

Kemudian orang tersebut berkata:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ ، لَا أَزِيدُ عَلَى هَذَا

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, aku tidak akan menambah hal ini.”

Kemudian ketika orang tersebut berpaling, Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

مَنْ سَرَّهُ أَنَّ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا

“Siapa yang suka untuk melihat kepada orang dari penduduk surga, maka lihatlah orang ini.”

Ini menunjukkan bahwa orang yang mengamalkan apa yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits ini, dijanjikan masuk surga.

Kejujuran dalam mengejar surga dari para sahabat Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Ada beberapa contoh kisah kejujuran para Sahabat Nabi dalam meraih surga:

1. Kisah Atha bin Abi Rabah

Berkata Atha bin Abi Rabah:

قَالَ لِي ابْنُ عَبَّاسٍ : أَلاَ أُرِيكَ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ ؟

“Telah berkata Ibnu Abbas: Maukah aku tunjukkan kepada engkau seorang wanita penduduk surga?”

Lalu Atha bin Abi Rabah menjawab, “Iya.”

Kita lihat! siapa wanitanya?

Abdullah bin Abbas berkata:

هَذِهِ المَرْأَةُ السَّوْدَاءُ ، أَتَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ : إِنِّي أُصْرَعُ ، وَإِنِّي أَتَكَشَّفُ ، فَادْعُ اللَّهَ لِي

“Wanita yang hitam ini. Dia pernah mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku ini mempunyai penyakit ayan dan kalau kambuh auratku terbuka. Berdo’alah kepada Allah untukku agar aku disembuhkan.”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab:

إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الجَنَّةُ ، وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ

“Kalau anti mau sabar, bagi anti surga. Tapi kalau anti mau aku mendo’akan untuk anti kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Allah sembuhkan, Allah sembuhkan.”

Kemudian wanita tersebut berkata:

أَصْبِرُ

“Aku sabar”

Artinya dia memilih untuk menerima sakitnya dengan sabar dan dia akan masuk surga.

Kemudian wanita tersebut berkata -ini pelajaran yang sangat penting khususnya bagi wanita dan secara umum untuk laki-laki juga-:

إِنِّي أَتَكَشَّفُ ، فَادْعُ اللَّهَ لِي أَنْ لاَ أَتَكَشَّفَ ، فَدَعَا لَهَا

“Kalau penyakitku kambuh, maka terbukalah auratku. Berdo’alah kepada Allah agar ketika penyakitku kambuh auratku tidak terbuka.”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendo’akan agar ketika penyakitnya kambuh, auratnya tidak terbuka.

Kenapa wanita ini sabar? Karena mengharap surga.

Dan ada pelajaran yang menarik dari wanita ini. Kalau dizaman sekarang ini ada wanita seperti wanita ini, dia akan pergi ke dukun untuk minta kesembuhannya dari dukun tersebut. Tapi tidak dengan Shahabiyah ini. Dia sabar karena mengharap surga.

Kemudian pelajaran juga dari wanita ini, ketika diberikan pilihan oleh Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam antara sabar dan sembuh, dia memilih sabar. Tapi luar biasa wanita ini mempunyai malu yang besar. Sehingga dia minta sama Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdo’a kepada Allah ketika sakitnya itu kambuh tidak terlihat auratnya.

Coba lihat sebagian wanita kita zaman sekarang. Padahal dia sehat, tetapi dia buka auratnya.

Bandingkan dengan Sahabiyah yang sakit itu. Dia tidak ingin auratnya terbuka meskipun dalam keadaan tidak sadar. Padahal tidak ada hukum ketika dalam kondisi tidak sadar. Tapi dia meminta kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk meminta kepada Allah agar Allah menutup auratnya ketika sakit.

Hadits di atas dikeluarkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim.

2. Kisah dalam peperangan Badar

Kita belajar dari para Sahabat Rasul Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam bagaimana mereka semangat mendapat surga.

Ketika orang-orang musyrik semakin dekat dengan orang-orang muslim dalam peperangan. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada para Sahabatnya:

قُومُوا إِلَى جَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ

“Bangkitlah kalian ke surga yang luasnya seluas langit dan bumi.”

Berkatalah ‘Umair bin Al-Humam Al-Anshari -semoga Allah meridhai beliau-:

يَا رَسُولَ اللَّهِ ، عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ ؟

“Ya Rasulallah, surga yang luasnya seluas langit dan bumi wahai Rasulullah?”

Rasul menjawab, “Iya.”

Kemudian ‘Umair berkata:

بَخٍ بَخٍ .

-Ungkapan untuk menunjukkan kekaguman-

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

مَا يَحْمِلُكَ عَلَى قَوْلِكَ : بَخٍ بَخٍ ؟

“Apa yang mendorong berkata bakhin bakhin?”

‘Umari berkata:

لا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِلا رَجَاءَ أَنْ أَكُونَ مِنْ أَهْلِهَا

“Tidak wahai Rasulullah, melainkan aku berharap agar aku termasuk penghuni surga.”

Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

فَإِنَّكَ مِنْ أَهْلِهَا

“Sesungguhnya engkau termasuk penduduk surga.”

Jadi ‘Umari bin Humam Al-Anshori diberikan persaksian dari Rasulallah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa beliau adalah penduduk surga.

‘Umair mengeluarkan beberapa kurma dari kantungnya, kemudian dia makan beberapa kurma lalu dia berkata, “Seandainya aku masih hidup sehingga menghabiskan kurma-kurma ini, sesungguhnya itu adalah kehidupan yang sangat panjang.”

‘Umair lempar kurma-kurma tersebut kemudian beliau berperang sampai mati syahid.

Hadits ini shahih dikeluarkan oleh Imam Muslim.

Simak kisah berikutnya pada menit ke-20:27

Download Kajian Tentang Kisah Para Sahabat Nabi dalam Meraih Surga – Kitab Ahsanul Bayan


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47313-kisah-para-sahabat-nabi-dalam-meraih-surga/